ANDAR LAMPUNG (Lampost.co): Anak-anak merupakan awal mata rantai manusia
yang menentukan masa depan suatu bangsa. Agar dapat menjadi generasi
berkualitas di masa depan, mereka membutuhkan pola asuh yang baik dengan
memberikan kasih sayang dan stimulasi yang cukup serta pelayanan
pendidikan, kesehatan, dan cakupan gizi yang baik.
Demikian disampaikan Direktur Balita dan Anak Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Burhanuddin usai sebagai pembicara dalam Parenting Show BKKBN di Mal Kartini, Sabtu (26/10) malam. Kegiatan ini menghadirkan pembicara seperti Wali Kota Bandar Lampung Herman H.N., Direktur Pendudukan BKKBN Suyono, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Lampung Ipin Z.A. Husni, dan disiarkan langsung TVRI Lampung.
Parenting show merupakan program BKKBN dalam menyosialisasikan pola asuh anak yang baik dan terencana. Selanjutnya, Burhanuddin menjelaskan menguraikan berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah anak usia di bawah lima tahun mencapai 22,7 juta jiwa atau 9,54% dari penduduk Indonesia. Artinya, 1 dari setiap 10 penduduk Indonesia adalah balita.
Sebanyak 18 juta di antaranya berusia di bawah tiga tahun (batita). Karena itu, memerlukan perhatian yang serius dari pemerintah serta seluruh sektor dan lapisan masyarakat.
Ia mengakui pola pengasuhan anak di setiap daerah berbeda-beda sesuai dengan budaya daerah masing-masing. Kendati demikian, pola pengasuhan anak harus terukur dengan mengedepankan pembinaan tumbuh kembang anak sesuai usia dan tahap perkembangannya dengan baik dan terencana sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak cerdas, mandiri, berkualitas, dan berkarakter.
"Setiap daerah itu memang memiliki pola pengasuhan sendiri-sendiri. Sesuai dengan kultur masing-masing daerah, seperti dari Jawa atau Lampung, tetapi intinya harus ada pembinaan tumbuh kembang anak sesuai usia dan tahap perkembangannya," ujar dia.
BKKBN sebagai lembaga yang concern dengan pembangunan keluarga Indonesia mempunyai program bina keluarga balita (BKB). Program ini memiliki tujuan yang mulia, yaitu meningkatkan peran orang tua (ayah dan ibu) serta anggota keluarga lainnya dalam pembinaan tumbuh kembang anak balita sesuai dengan usia dan tahap perkembangan yang harus dimiliki, baik dalam aspek fisik, kecerdasan emosional, maupun sosial, agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang maju mandiri dan berkualitas.
Pada tataran teknis, program BKB ini teraplikasikan dalam kelompok BKB. Setiap kelompok BKB ada beberapa kader yang berperan dalam memberikan pembinaan dan penyuluhan kepada orang tua tentang bagaimana cara merawat dan mengasuh anak dengan baik.
Dalam satu kelompok BKB dibagi menjadi beberapa kelompok umur. Idealnya, setiap kelompok umur itu mempunyai dua sampai tiga kader. Kader-kader tersebut berbagi peran sebagai kader inti, yaitu kader yang bertugas sebagai penyuluh untuk menyampaikan materi kepada orang tua dan yang bertanggung jawab atas jalannya penyuluhan.
Untuk menyukseskan program tersebut, ia meminta dukungan dari pemerintah daerah sehingga dapat menggerakan program ini dengan baik, keluarga dapat menciptakan generasi yang cerdas, mandiri, sehat, dan berkualitas. Sementara Herman H.N. mengaku sangat mendukung kegiatan tersebut dengan menggerakkan masyarakat untuk menjadi kader program BKB. Sementara Ipin Z.A. Husni menjelaskan program BKB di Lampung berjalan dengan baik.
BKB terintegrasi dengan kegiatan posyandu. Jadi, ketika kegiatan posyandu berlangsung, kegiatan BKB juga akan berjalan. Di posyandu tidak hanya kegiatan penimbangan dan pemberian makanan tambahan, tetapi juga ada pemberian penyuluhan mengenai aspek tumbuh kembang anak yang merupakan materi pokok kegiatan BKB.
Sementara parenting show yang digelar untuk menyadarkan masyarakat dan keluarga akan pentingnya pola asuh anak tersebut berlangsung meriah. Para kelompok BKB dan kelompok bina keluarga remaja (BKR) dari berbagai kecamatan di Bandar Lampung dihibur dengan penampilan penyanyi lawas, Dewi Yull.()
0 komentar:
Posting Komentar