This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 06 Desember 2013

MEMBANGUN MUTU PENDIDIKAN

MEMBANGUN MUTU PENDIDIKAN
Oleh : Yohanes Paiman.
Pengantar
    Sebagian orang menyatakan bahwa hasil UN merupakan indikator prestasi sebuah sekolah. Sebagian lagi menyatakan bahwa hasil UN tidak selamanya benar untuk dijadikan sebagai penanda prestasi tersebut. Kedua pendapat itu, pada sisi dan argumen masing-masing, dapat dipahami dan diterima, karena UN memang memiliki beberapa peran fungsi.
    Peran fungsi UN tersebut antara lain adalah, pertama, sebagai tolak ukur penentuan mutu/prestasi pendidikan. Kedua, media pemetaan mutu pendidikan. Ketiga, sebagai tes diagnostik pendidikan, untuk selanjutnya dicarikan terapinya agar lebih higienis. Keempat, sebagai umpan balik terhadap pelaksanaan sistem managemen pendidikan yang ditempuh, sekaligus sebagai alat evaluasi-koreksi untuk penyusunan program dan sistem managemen baru yang lebih mengena. Terakhir, sebagai alat penentu ketuntasan belajar, kelulusan siswa pada jenjang pendidikan tertentu, sekaligus sebagai alat seleksi masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya. Sayangnya, UN yang berperan bagus itu, pada kiprah dan pelaksanannya di lapangan sering dinodai oleh banyak pihak yang memiliki kepentingan berbeda. Ini membuat praktik pelaksanaan UN menjadi bias, tidak valid, kurang akuntabel, dan sulit dipertanggungjawabkan dalam tataran tertentu.
   
Pembangunan Mutu
      Membangun mutu pedidikan merupakan usaha terprogram/tersistem, sinergis, kontinyu, berproses secara kompleks, holistik, dan konsisten. Terprogram dimaknai, bahwa lembaga pendidikan memiliki goal/tujuan yang diterjemahkan dalam visi, misi, langkah strategis. Secara konseptual, tujuan tadi diterjemahkan dan dimplementasikan dalam seluruh aspek kegiatan lembaga tersebut, sampai tujuannya terwujud ideal. Sinergis dimaknai, terpadunya dan terkonsentrasikannya seluruh kekuatan dan elemen pendukung untuk secara bersama-sama memberdayakan diri sehingga tujuan lembaga tersebut terwujud secara ideal pada tahapan waktu yang ditentukan. Kontinyu, menunjuk makna bahwa usaha mengukir tujuan dan mutu pendidikan tadi dijalankan dari waktu ke waktu, proses ke proses, langkah demi langkah, tahapan demi tahapan, pencapaian tingkat tertentu ke tingkat yang lebih tinggi, sehingga terbentuk kurva meningkat ideal. Ini perlu perjuangan, ketelitian, kejelian, kesabaran, keuletan, ketangguhan, dan optimisme.
      Kondisi dan upaya di atas harus dipahami secara serentak dan kompak oleh seluruh warga sekolah, disadari bersama, didukung, dijalani, dievaluasi, disempurnakan, diperjuangkan, dan diwujudkan bersama sebagai wujud komitmen, rasa syukur, pertalian horizontal-vertikal warga dan keluarga lembaga pendidikan tersebut.
      Irama orchestra lembaga pendidikan tersebut adalah melangkah bersama membangun mutu pendidikan, sebagai wujud relasi insani dan transendental. Sungguh indah dan luar biasa. Inilah sebuah loyalitas murni dan terus penuh spirit. Ujungnya, tentu saja, Tuhan berkenan dan sekolah kita diberkati.
Prestasi : Sebuah Usaha Kompleks
    Potret kinerja pembangunan mutu pendidikan di atas menuntut usaha dan kerja serius dan kompleks dari setiap warga sekolah. Unsur lima M-IO ( man, mindset, management, machine, material/money, input, output ) harus benar-benar kita kelola nan efektif, efisien, dan produktif.
    Man kita adalah warga sekolah, semua pihak yang terlibat dengan penyelenggaraan sekolah kita. Mereka adalah pemilik kita yaitu GKI Sinwil Jabar, BPK PENABUR, Guru/Karyawan, Murid, Orangtua/ pemercaya kita, Komite Sekolah, Lembaga Mitra kita. Mereka harus sepakat dan bersinergi membangun mutu pendidikan yang dikelola, dimiliki, dan  dipercayanya.
    Spiritualitas, karakter, dan semangat N2K ( Kristus ) harus mendasari kiprah dan kinerja mereka dalam menyelenggarakan pendidikan. Ini akan turut membangun kultur sekolah dan lembaga pendidikan kita. Kultur ini akan menjadi trade mark /brand pendidikan kita ke depan. Untuk itu perlu ada kesepakatan, sinergi, dan konsistensi  yang mantap.
    Mindset kita adalah pilihan arah dan model pendidikan yang kita bangun. Lembaga pendidikan kita ini hendak membangun manusia keluaran sekolah kita yang beriman mantap pada Kristus, berwawasan unggul kompetitif, serta mau bahkan rela melayani sesamanya sebagai ungkap syukur kepada Tuhan. Kepribadian dan kultur ini harus diwujudkan secara konsisten.
    Management adalah tata kelola penyelenggaraan pendidikan. Perlu dipilih dan dilaksanakan sistem managemen yang kondusif, efektif, efisien, dan profit untuk mewujudkan dan mengendalikan mimpi kita membangun mutu pendidikan.
    Machine dimaknai sebagai mesin pembelajaran; yaitu kegiatan belajar mengajar ( KBM ). Di sini terjadi atau dilakukan pemrosesan diri, karakter, wawasan, iman, dan semangat anak untuk melayani sesama dan Tuhannya, sebagai dasar pembangunan mutu lulusan. Inilah insan Kristus yang mengherankan. Kadang menjadi guru utama, menjadi hamba, menjadi sahabat, bahkan menjadi pelayan untuk semua. 
      Belakangan ini, atas tuntutan kurikulum KTSP, pembelajaran lebih terkonsentrasi pada aktivitas murid. Untuk itu dikenal istilah Student Centre Learning, pembelajaran terpusat pada murid. Di sini guru sebagai manager kelas harus mampu mengelola dan membangun situasi belajar yang kondusif, harus mampu menciptakan KBM yang efektif. Ia juga harus mampu menjadi inspirator siswa, motivator mereka, bahkan memoderatori kiprah belajar siswa tersebut agar belajar mereka menjadi menyenangkan, produktif, dan dinamis. Terkait dengan kondisi dan permintaan pasar yang demikian, maka upaya rekruitmen guru haruslah mampu menghadirkan guru-guru yang visioner dan sofisticated.
    Material dimaknai sebagai sarana-prasarana pendukung pendidikan. Wujudnya banyak : gedung dan kelengkapannya, sarana pendingin ( ini penting karena suhu udara kita dan iklim kita luar biasa gerah ), IT, laboratorium, ruang praktikum, dan sebagainya. Semua harus baik, dipelihara,  siap digunakan maksimal, dan mendukung pembangunan  mutu lulusan.
    Money adalah dana penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan. Dana perlu dikumpulkan dari banyak pihak, dari berbagai cara halal, dikembangkan, dimanfaatkan secara maksimal untuk pengembangan mutu pendidikan kita. Aktivitas transaksinya perlu dipertanggungjawabkan secara transparan, akuntabel, serta responsibilitis. Ini untuk membangun kepercayaan setiap pemercaya kita. Selanjutnya menjadi dasar kerjasama kemitraan kita.
    Input atau sumber siswa kita perlu kita pilih dengan tes seleksi. Kita perlu menetapkan kriteria seleksi kita agar terpilih calon siswa yang kompetitif dan kompetentif untuk membangun mutu pendidikan melalui mutu lulusan.
    Output adalah lulusan siswa sekolah kita. Kualitas lulusan kita akan teruji oleh kondisi dan kiprah lulusan kita di lapangan. Kiprah mereka di masyarakat juga akan menjadi parameter sukses-gagalnya  proses pembentukan dan pembelajaran di kelas kita selama ini. Untuk itu proses internal kita harus benar-benar baik, prosedural, elegan, dapat dipertanggungjawabkan. Prestasi PBM kita harus benar-benar mencapai bahkan melampaui KKM ( kriteria ketuntasan minimal ) dan SKL ( standar kompetensi lulusan ). Cara pemerolehan prestasi siswa tersebut juga harus melalui cara-cara yang halal dan benar. Untuk itu kepada siswa perlu diinternalisasikan nilai-nilai kejujuran, kebenaran universal, integritas, dan nilai Kristus.
    Sistem kenaikan kelas pun perlu dibenahi searah dengan cita-cita dan citra di atas. Bisa dipilih, sistem kenaikan kelas sama ketat dengan sistem kelulusan; atau, sistem kenaikan kelas lebih ketat daripada sistem kelulusan. Lain dari itu jangan dipilih. Pilihan pertama kental dalam membangun mutu. Amat bagus dan proporsional. Benar-benar bermutu. Pilihan kedua ada kandungan spekulasi terkait dengan popularitas lembaga. Jika dipilih ketat dalam kenaikan kelas, maka ada dua risiko. Pertama, mungkin ada banyak siswa gagal, tetapi kualitas dan mentalitas siswa kelas berikut, termasuk kelas ujian, bagus dan akan sukses dalam UN. Risiko kedua, kalau gagal naik kelas maka gema suara minir hanya bergaung di lingkup sekolah dan sesaat. Tetapi kalau gagal UN maka gema suara minirnya bergaung ke segala penjuru. Ini berpengaruh kepada  nilai jual aktivitas dan lembaga kita. Perlu diwaspadai.
   
Faktor Pendukung
      Jika ditinjau dari unsur siswa sebagai subyek pendidikan dan pembelajaran kita, maka ada dua faktor pendukung upaya pembangunan mutu lulusan dan pendidikan; yaitu internal dan eksternal. Faktor internal antara lain meliputi kepribadian siswa, motivasi diri, spirit dan daya juang merampungkan tugas belajarnya, cita-cita dan target hidupnya. Hal-hal tersebut perlu diperhatikan, diarahkan, dibangun, dibina, dipupuk, dan dimantapkan dalam diri siswa menjadi sebuah kebutuhan mereka dalam mengarungi hidupnya. Jika ini muncul dan tumbuh subur, maka kita akan lebih mudah memberdayakan mereka belajar sukses dan tepat waktu. Inilah kualitas pelayanan kita. Inilah berkat yang bisa kita salurkan pada generasi kita.
    Faktor ekternal meliputi unsur guru, kenyamanan lingkungan belajar/sekolah, KBM, lingkungan keluarga, dan lingkungan sekitar anak. Guru perlu menjadi sosok yang visioner, supel, ramah tetapi tegas, berteladan, bersistem among, sabar dan berintegritas, serba bisa, disiplin, menjadi motivator, inspirator, inisiator, inovator. Ia perlu menjadi sosok yang berwibawa, ramah, dicari siswa sebagai pendamping belajar dan membangun konsep, serta menjadi pembina spiritualitas siswanya.
    Lingkungan sekolah perlu diciptakan menjadi nyaman, tenang, aman, dan mendukung terciptaya KBM yang efektif. Ruang kelas dingin ber-AC, sekolah hijau perlu dipikirkan untuk diwujudkan agar murid betah belajar. Kondisi-kondisi tersebut akan membantu menciptakan ketenangan, konsentrasi, dan maksimalisasi usaha belajar dan pembangunan konsep siswa, di tengah-tengah iklim global yang tak bersahabat.
    KBM harus bejalan efektif dan berkualitas. Di dalamnya terus terjadi transaksi pembelajaran nan dinamis, partisipatif, terkendali dalam suasana dan  arus komunikasi antararah. Siswa konsentrasi, memberikan respon, membangun konsep, memperluas wawasan diri, memiliki keunggulan kompetitif, akhirnya leading dan survive.
    Lingkungan keluarga perlu diupayakan saling perhatian, saling mengasihi, saling membutuhkan, saling memberikan keamanan, kenyamanan, kedamaian, persatuan, perlindungan, serta didasari cukup ekonomi. Rumah dan keluarga harus menjadi lingkungan belajar pertama dan utama yang nyaman dan progresif bagi anak. Jadikan anak betah dan senang di rumah, menghargai dan kangen terhadap rumah dan keluarga. Jadikan anak bangga terhadap keluarganya sehingga ia penuh hormat dan loyal pada keluarga.
    Lingkungan sekitar anak perlu diciptakan searah dan secitra dengan upaya nasional membangun mutu. Untuk itu perlu diciptakan kondisi lingkungan sekitar anak yang terus belajar, terus membaca, terus maju, dan terus mendukung pembangunan mutu pendidikan. Anak harus selektif dalam memilih teman sepergaulan di lingkungannya agar misi membangun mutu tetap lurus terwujud, tidak terkontaminasi pengaruh buruk yang ada di sekitarnya, dan sukses mutu.
Manfaat Mutu
      Mutu lulusan, mutu sekolah, mutu pendidikan diidamkan siapa pun. Untuk itu mutu menjadi penting dan menempati prioritas dalam penyelenggaraan pendidikan. Mutu pendidikan memliki dan memberikan banyak manfaat bagi siapa pun. Apa saja manfaat mutu itu ?
      Berikut ini sedikit ulasan tentang manfaat mutu pendidikan. Mutu pendidikan menjadi simbol kebanggaan pemiliknya dan segenap civitas kampus. Mutu memberikan pamor dan wibawa tertentu bagi lembaga pendidikan. Mutu menjadi sumber favorit masyarakat terhadap sekolah itu. Mutu menjadi alat promosi dan nilai jual kampus di tengah masyarakat dan pencari tempat belajar. Jika sebuah lembaga sekolah diminati masyarakat maka tentu saja lembaga itu akan terus eksis dan survive. Ia memiliki kelangsungan hidup yang kontinyu. Selain itu, bagi pribadi lulusan yang juga bermutu, ia akan dengan lebih mudah mencari kerja karena dengan kondisi mutunya mampu bersaing dan menang. Ia memperoleh kesempatan untuk bekerja tenang dan hidup nyaman lebih panjang. Ia memperoleh kesempatan untuk mengabdikan diri kepada lembaga kerjanya dan masyarakat.
Penutup
    Kita sudah melanglang dan membahas masalah sekitar UN, gelaran dan kaitannya dengan masalah mutu lulusan; juga masalah mutu pendidikan tentang apa, mengapa, bagaimana, serta manfaat mutu pendidikan itu. Sudah barang tentu pembahasannya cukup sederhana dan belum lengkap. Untuk itu Para Pembaca kiranya berkenan merespon dan memberikan kelengkapannya agar akhirnya tercipta sebuah paparan tentang mutu pendidikan yang lebih komprehensif dan dapat dipedomani siapa pun, kapan pun, dan di mana pun.
    Terima kasih dan selamat membaca.

Narkoba Menghancurkan Masa Depan Generasi Muda Kita

ADA beberapa hal yang sangat penting diingat oleh para remaja dan pelajar, serta para orang tua dalam menyikapi masalah sekarang ini. Antara lain, narkoba, HP, televisi dan internet, sungguh dapat merusak dan menghancurkan masa depan generasi muda kita.

Pertama-tama mari kita antisipasi narkoba karena pengaruh narkoba dapat menghancurkan masa depan generasi muda kita. Kehebatan negera luar sengaja menghancurkan negara kita, di samping juga negara luar itu ingin mendapatkan uang yang banyak dengan usaha yang sedikit, yaitu mengedarkan dan memasarkan narkoba.


Telah banyak pemuda dan pelajar kita yang terlibat narkoba sehingga rusak moralnya, tidak menghargai lagi keluarganya, tidak mengindahkan lagi pekerjaannya dan lain sebagainya. Bahkan ada pula anggota TNI/Polri yang terlibat sebagai pengguna, pengedar dan penjual narkoba yang sangat berbahaya itu.

Hal itu dikatakan Komandan Koramil 15 Matang Kuli, Kapten Inf Dedik, pada acara peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW di komplek Madrashah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Matang Kuli, Rabu (10/4).

“Narkoba membawa bencana, keluarga berantakan, anak-anak telantar, masa depan suram. Maka, hindari narkoba dan perbanyaklah ibadah kepada Allah SWT serta berukuwah Islamiyah menuju Indonesia bebas narkoba tahun 2015”. (F.864)R.26

Generasi Berkualitas Tentukan Masa Depan Suatu Bangsa

ANDAR LAMPUNG (Lampost.co): Anak-anak merupakan awal mata rantai manusia yang menentukan masa depan suatu bangsa. Agar dapat menjadi generasi berkualitas di masa depan, mereka membutuhkan pola asuh yang baik dengan memberikan kasih sayang dan stimulasi yang cukup serta pelayanan pendidikan, kesehatan, dan cakupan gizi yang baik.


Demikian disampaikan Direktur Balita dan Anak Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Burhanuddin usai sebagai pembicara dalam Parenting Show BKKBN di Mal Kartini, Sabtu (26/10) malam. Kegiatan ini menghadirkan pembicara seperti Wali Kota Bandar Lampung Herman H.N., Direktur Pendudukan BKKBN Suyono, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Lampung Ipin Z.A. Husni, dan disiarkan langsung TVRI Lampung.

Parenting show merupakan program BKKBN dalam menyosialisasikan pola asuh anak yang baik dan terencana. Selanjutnya, Burhanuddin menjelaskan menguraikan berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah anak usia di bawah lima tahun mencapai 22,7 juta jiwa atau 9,54% dari penduduk Indonesia. Artinya, 1 dari setiap 10 penduduk Indonesia adalah balita.
Sebanyak 18 juta di antaranya berusia di bawah tiga tahun (batita). Karena itu, memerlukan perhatian yang serius dari pemerintah serta seluruh sektor dan lapisan masyarakat.

Ia mengakui pola pengasuhan anak di setiap daerah berbeda-beda sesuai dengan budaya daerah masing-masing. Kendati demikian, pola pengasuhan anak harus terukur dengan mengedepankan pembinaan tumbuh kembang anak sesuai usia dan tahap perkembangannya dengan baik dan terencana sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak cerdas, mandiri, berkualitas, dan berkarakter.

"Setiap daerah itu memang memiliki pola pengasuhan sendiri-sendiri. Sesuai dengan kultur masing-masing daerah, seperti dari Jawa atau Lampung, tetapi intinya harus ada pembinaan tumbuh kembang anak sesuai usia dan tahap perkembangannya," ujar dia.

BKKBN sebagai lembaga yang concern dengan pembangunan keluarga Indonesia mempunyai program bina keluarga balita (BKB). Program ini memiliki tujuan yang mulia, yaitu meningkatkan peran orang tua (ayah dan ibu) serta anggota keluarga lainnya dalam pembinaan tumbuh kembang anak balita sesuai dengan usia dan tahap perkembangan yang harus dimiliki, baik dalam aspek fisik, kecerdasan emosional, maupun sosial, agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang maju mandiri dan berkualitas.

Pada tataran teknis, program BKB ini teraplikasikan dalam kelompok BKB. Setiap kelompok BKB ada beberapa kader yang berperan dalam memberikan pembinaan dan penyuluhan kepada orang tua tentang bagaimana cara merawat dan mengasuh anak dengan baik.

Dalam satu kelompok BKB dibagi menjadi beberapa kelompok umur. Idealnya, setiap kelompok umur itu mempunyai dua sampai tiga kader. Kader-kader tersebut berbagi peran sebagai kader inti, yaitu kader yang bertugas sebagai penyuluh untuk menyampaikan materi kepada orang tua dan yang bertanggung jawab atas jalannya penyuluhan.

Untuk menyukseskan program tersebut, ia meminta dukungan dari pemerintah daerah sehingga dapat menggerakan program ini dengan baik, keluarga dapat menciptakan generasi yang cerdas, mandiri, sehat, dan berkualitas. Sementara Herman H.N. mengaku sangat mendukung kegiatan tersebut dengan menggerakkan masyarakat untuk menjadi kader program BKB. Sementara Ipin Z.A. Husni menjelaskan program BKB di Lampung berjalan dengan baik.

BKB terintegrasi dengan kegiatan posyandu. Jadi, ketika kegiatan posyandu berlangsung, kegiatan BKB juga akan berjalan. Di posyandu tidak hanya kegiatan penimbangan dan pemberian makanan tambahan, tetapi juga ada pemberian penyuluhan mengenai aspek tumbuh kembang anak yang merupakan materi pokok kegiatan BKB.

Sementara parenting show yang digelar untuk menyadarkan masyarakat dan keluarga akan pentingnya pola asuh anak tersebut berlangsung meriah. Para kelompok BKB dan kelompok bina keluarga remaja (BKR) dari berbagai kecamatan di Bandar Lampung dihibur dengan penampilan penyanyi lawas, Dewi Yull.()

Pendidikan yang Baik untuk Anak

Pendidikan anak memang sangat penting. Pendidikan dari sekolah akan membantu seorang anak bukan hanya mengerti teori dari mata pelajaran yang diajarkan, namun yang terpenting yaitu cara belajar yang terstruktur dan baik. Dengan pendidikan yang baik, maka masa depan seorang anak akan lebih terencana dan terjamin. Namun, apakah pendidikan seorang anak hanya dilimpahkan pada sekolah saja? Bagaimana dengan peranan orang tua?

Sekolah

Kata sekolah berasal dari bahasa Yunani yaitu skho·le´ yang berarti "waktu terluang". Namun dapat juga diartikan menggunakan waktu luang untuk kegiatan belajar. Belakangan kata ini digunakan untuk menunjukkan tempat diselenggarakan kegiatan belajar. Memang pada masa awal kegiatan belajar di tempat khusus seperti ini hanya bisa dinikmati oleh golongan kaya di Yunani. Demikian juga pada zaman dahulu di negeri-negeri lainnya, kegiatan belajar di sekolah hanya bisa dinikmati oleh golongan elit saja.
Saat ini, pendidikan di sekolah telah dapat dinikmati oleh berbagai kalangan dan golongan. Berbagai sekolah didirikan untuk menjadi tempat atau sarana pendidikan bagi anak. Berbagai kurikulum juga dikembangkan untuk sekolah agar dapat membantu anak memiliki cara belajar yang baik dan bermutu. Bagi sebagian besar masyarakat, mereka bisa mendapatkan pendidikan umum di sekolah dengan mudah. Yang termasuk pendidikan umum adalah pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Beberapa jenjang pendidikan yang ada di berbagai sekolah di Indonesia yaitu:
  • Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

    Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD adalah jenjang pendidikan paling awal. Jenjang pendidikan ini memang tidak wajib diikuti seorang anak, mengingat orang-tua juga memiliki kemampuan penuh untuk melakukannya. Pada jenjang ini, anak akan dibina agar siap memasuki pendidikan umum. Karena itu, pada jenjang ini lebih ditekankan untuk merangsang pikiran anak dan perkembangan jasmani seorang anak.
    • Usia: 0 - 6 tahun
    • Contoh: Kelompok bermain (play group) dan Taman Kanak-kanak (TK)
  • Pendidikan Dasar

    Pendidikan dasar adalah pendidikan yang wajib diikuti seorang anak selama 9 tahun. Pendidikan ini merupakan awal dari pendidikan seorang anak karena melatih seorang anak untuk membaca dengan baik, mengasah kemampuan berhitung serta berpikir. Pendidikan dasar mempersiapkan seorang anak untuk memasuki jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar umumnya dibagi menjadi 2 tahap, yaitu 6 tahun pertama di kelas 1 sampai 6. Kemudian dilanjutkan tahap berikutnya pada kelas 7 sampai 9 selama 3 tahun.
    • Usia: mulai usia 7 tahun
    • Contoh pendidikan dasar tahap pertama (6 tahun): Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI)
    • Contoh pendidikan dasar tahap kedua (3 tahun): Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MT)
  • Pendidikan Menengah

    Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah diselenggarakan selama 3 tahun. Beberapa jenis pendidikan menengah juga telah mempersiapkan seseorang memiliki keterampilan tertentu untuk dipersiapkan langsung ke lapangan kerja.
    • Contoh: Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA)
    • Contoh sekolah kejuruan: Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan
  • Pendidikan Tinggi

    Pendidikan tinggi merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Pendidikan tinggi diselenggarakan bukan lagi di sekolah melainkan di perguruan tinggi.
    • Contoh: Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, Universitas

Kunci Pendidikan yang Baik

Sekolah telah menyediakan serangkaian materi untuk mendidik seorang anak hingga dewasa termasuk perkembangan dirinya. Namun, tanggung jawab pendidikan bukan semata-mata menjadi tanggung jawab sekolah. Kunci menuju pendidikan yang baik adalah keterlibatan orang dewasa yaitu orang-tua yang penuh perhatian. Jika orang-tua terlibat langsung dalam pendidikan anak-anak di sekolah, maka prestasi anak tersebut akan meningkat. Setiap siswa yang berprestasi dan berhasil menamatkan pendidikan dengan hasil baik selalu memiliki orang-tua yang selalu bersikap mendukung. Apa yang dapat dilakukan oleh orang-tua bagi anaknya setelah mereka memasuki pendidikan di sekolah? Berikut ini beberapa hal yang perlu dilakukan oleh orang-tua agar anaknya dapat berprestasi di sekolah.
  • Dukungan Orang-Tua

    Orang-tua sebaiknya memberi perhatian kepada anak-anak mereka dan menanamkan kepada mereka nilai dan tujuan pendidikan. Mereka juga berupaya mengetahui perkembangan anak mereka di sekolah. Caranya adalah dengan berkunjung ke sekolah untuk melihat situasi dan lingkungan pendidikan di sekolah. Menaruh minat terhadap aktivitas sekolah akan secara langsung mempengaruhi pendidikan anak Anda.
  • Kerja Sama dengan Guru

    Biasanya apabila timbul masalah-masalah gawat, barulah beberapa orang-tua menghubungi guru anak-anak mereka. Sebaiknya, orang-tua perlu mengenal guru di sekolah dan menjalin hubungan yang baik dengan mereka. Berkomunikasilah dengan guru untuk perkembangan anak Anda. Guru juga perlu diberitahu bahwa Anda memandang penting pendidikan anak Anda di sekolah sebagai bagian kehidupannya. Ini akan membuat guru lebih memperhatikan anak Anda. Hadirilah pertemuan orang-tua murid dan guru yang diselenggarakan oleh sekolah. Pada pertemuan ini, Anda memiliki kesempatan untuk mengetahui prestasi akademis anak Anda serta perkembangan anak Anda di sekolah.

    Jika seorang guru mengatakan hal yang buruk mengenai anak Anda, dengarkan guru tersebut dengan penuh respek, dan selidiki apa yang ia katakan. Anda juga dapat menanyai guru-guru di sekolah mengenai prestasi, sikap, dan kehadiran anak di sekolah. Jika seorang anak sering bermuka dua, maka penjelasan dari guru bisa jadi mengungkap hal-hal yang disembunyikan anak Anda saat bersikap manis di rumah.
  • Sediakan waktu untuk anak

    Selalu sediakan waktu yang cukup banyak bagi anak Anda. Jika anak pulang sekolah, umumnya mereka cukup stres dengan beban pekerjaan rumah, ulangan, maupun problem lainnya. Sungguh ideal jika orang-tua misalnya seorang ibu berada di rumah pada saat anak-anak di rumah. Seorang anak akan senang bercerita ketika pulang sekolah seraya mengeluarkan semua keluhan dan bebannya kepada orang-tua. Bisa jadi mereka mulai menceritakan teman-temannya yang nakal yang mulai menawari rokok dan narkoba. Anda bisa segera tanggap dengan hal tersebut jika Anda menyediakan waktu bagi anak-anak Anda.
  • Awasi kegiatan belajar di rumah

    Tunjukkan Anda berminat pada pendidikan anak Anda. Pastikan anak-anak Anda sudah mengerjakan pekerjaan rumah (PR) mereka. Wajibkan diri Anda untuk mempelajari sesuatu bersama anak-anak Anda. Membacalah bersama-sama mereka. Jangan lupa jadwalkan waktu setiap hari untuk memeriksa pekerjaan rumah anak Anda. Kendalikan waktu menonton TV, Internet dan bermain game dari anak-anak Anda.
  • Ajari tanggung jawab

    Sekolah umumnya akan memberi banyak tugas untuk dipersiapkan anak di rumah dan di sekolah. Apakah mereka mengerjakan tugas-tugas itu dengan benar dan baik? Seorang anak dapat bertanggung jawab mengerjakan tugas mereka di sekolah jika Anda telah mengajar mereka untuk mengerjakan tanggung jawab di rumah. Cobalah mulai memberikan anak Anda pekerjaan rumah tangga rutin setiap hari seperti membersihkan tempat tidur sendiri menurut jadwal yang spesifik. Pelatihan di rumah seperti itu akan membutuhkan banyak upaya di pihak Anda karena perlu diawasi. Tetapi hal itu akan mengajar anak Anda rasa tanggung jawab yang mereka butuhkan agar berhasil di sekolah dan di kemudian hari dalam kehidupan.
  • Disiplin

    Jalankan disiplin dengan tegas namun dengan penuh kasih sayang. Jika Anda selalu menuruti keinginan anak, maka mereka akan menjadi manja dan tidak bertanggung jawab. Problem lain bisa muncul jika Anda terlalu memanjakan anak Anda seperti seks remaja, narkoba, prestasi yang buruk, dan masalah lainnya.
  • Kesehatan

    Jaga kesehatan anak Anda agar prestasi belajarnya tidak terganggu. Buat jadwal tidur yang cukup untuk anak Anda. Anak-anak yang kelelahan tidak dapat belajar dengan baik. Lalu hindari makanan seperti junk food, karena selain menyebabkan problem obesitas, juga mendatangkan pengaruh yang buruk terhadap kesanggupannya untuk berkonsentrasi.
  • Jadi teman terbaik

    Jadilah teman terbaik bagi anak Anda. Luangkan waktu untuk berbagi berbagai hal dengan mereka. Seorang anak membutuhkan semua teman yang matang yang bisa ia dapatkan.
Sebagai orang-tua, Anda dapat menghindari banyak problem dan kekhawatiran atas pendidikan anak Anda dengan mengingat bahwa kerja sama yang sukses dibangun di atas komunikasi yang baik. Kerja sama yang baik dengan para pendidik di sekolah juga dapat membantu melindungi anak Anda.

Kamis, 05 Desember 2013

BSE

Praktis Belajar Fisika 3 (IPA)
Kelas 12
Pengarang Aip Saripudin, Dede Rustiawan K., Adit Suganda
Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2009
Baca Online Download Media Pendukung





Aktif Belajar Fisika
Kelas 12
Pengarang Cari
Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2009
Baca Online Download Media Pendukung





Mudah dan Aktif Belajar Fisika 3 (IPA)
Kelas 12
Pengarang Dudi Indrajit
Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2009
Baca Online Download Media Pendukung





Fisika 3
Kelas 12
Pengarang Suharyanto, Karyono, Dwisatya Palupi
Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2009
Baca Online Download Media Pendukung





Panduan Pembelajaran Fisika
Kelas 12
Pengarang Suparmo, Tri Widodo
Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2009
Baca Online Download Media Pendukung





Kamis, 21 November 2013

30 CARA BELAJAR YANG BAIK DAN BENAR

Berikut ini adalah tips belajar yang baik dan benar:

1. Belajar Kelompok
Belajar kelompok dapat menjadi kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan karena ditemani oleh teman dan berada di rumah sendiri sehingga dapat lebih santai. Namun sebaiknya tetap didampingi oleh orang dewasa seperti kakak, paman, bibi atau orang tua agar belajar tidak berubah menjadi bermain. Belajar kelompok ada baiknya mengajak teman yang pandai dan rajin belajar agar yang tidak pandai jadi ketularan pintar. Dalam belajar kelompok kegiatannya adalah membahas pelajaran yang belum dipahami oleh semua atau sebagian kelompok belajar baik yang sudah dijelaskan guru maupun belum dijelaskan guru.
2. Rajin Membuat Catatan Intisari Pelajaran
Bagian-bagian penting dari pelajaran sebaiknya dibuat catatan di kertas atau buku kecil yang dapat dibawa kemana-mana sehingga dapat dibaca di mana pun kita berada. Namun catatan tersebut jangan dijadikan media mencontek karena dapat merugikan kita sendiri.
3. Membuat Perencanaan Yang Baik
Untuk mencapai suatu tujuan biasanya diiringi oleh rencana yang baik. Oleh karena itu ada baiknya kita membuat rencana belajar dan rencana pencapaian nilai untuk mengetahui apakah kegiatan belajar yang kita lakukan telah maksimal atau perlu ditingkatkan. Sesuaikan target pencapaian dengan kemampuan yang kita miliki. Buat rencana belajar yang diprioritaskan pada mata pelajaran yang lemah. Buatlah jadwal belajar yang baik.
4. Disiplin Dalam Belajar
Apabila kita telah membuat jadwal belajar maka harus dijalankan dengan baik. Contohnya seperti belajar tepat waktu dan serius tidak sambil main-main dengan konsentrasi penuh. Jika waktu makan, mandi, ibadah, dan sebagainya telah tiba maka jangan ditunda-tunda lagi. Lanjutkan belajar setelah melakukan kegiatan tersebut jika waktu belajar belum usai. Bermain dengan teman atau game dapat merusak konsentrasi belajar. Sebaiknya kegiatan bermain juga dijadwalkan dengan waktu yang cukup panjang namun tidak melelahkan jika dilakukan sebelum waktu belajar. Jika bermain video game sebaiknya pilih game yang mendidik dan tidak menimbulkan rasa penasaran yang tinggi ataupun rasa kekesalan yang tinggi jika kalah.
5. Menjadi Aktif Bertanya dan Ditanya
Jika ada hal yang belum jelas, maka tanyakan kepada guru, teman atau orang tua. Jika kita bertanya biasanya kita akan ingat jawabannya. Jika bertanya, bertanyalah secukupnya dan jangan bersifat menguji orang yang kita tanya. Tawarkanlah pada teman untuk bertanya kepada kita hal-hal yang belum dia pahami. Semakin banyak ditanya maka kita dapat semakin ingat dengan jawaban dan apabila kita juga tidak tahu jawaban yang benar, maka kita dapat membahasnya bersama-sama dengan teman.
6. Belajar Dengan Serius dan Tekun
Ketika belajar di kelas dengarkan dan catat apa yang guru jelaskan. Catat yang penting karena bisa saja hal tersebut tidak ada di buku dan nanti akan keluar saat ulangan atau ujian. Ketika waktu luang baca kembali catatan yang telah dibuat tadi dan hapalkan sambil dimengerti. Jika kita sudah merasa mantap dengan suatu pelajaran maka ujilah diri sendiri dengan soal-soal. Setelah soal dikerjakan periksa jawaban dengan kunci jawaban. Pelajari kembali soal-soal yang salah dijawab.
7. Hindari Belajar Berlebihan
Jika waktu ujian atau ulangan sudah dekat biasanya kita akan panik jika belum siap. Jalan pintas yang sering dilakukan oleh pelajar yang belum siap adalah dengan belajar hingga larut malam / begadang atau membuat contekan. Sebaiknya ketika akan ujian tetap tidur tepat waktu karena jika bergadang semalaman akan membawa dampak yang buruk bagi kesehatan, terutama bagi anak-anak.
8. Jujur Dalam Mengerjakan Ulangan Dan Ujian
Hindari mencontek ketika sedang mengerjakan soal ulangan atau ujian. Mencontek dapat membuat sifat kita curang dan pembohong. Kebohongan bagaimanapun juga tidak dapat ditutup-tutupi terus-menerus dan cenderung untuk melakukan kebohongan selanjutnya untuk menutupi kebohongan selanjutnya. Anggaplah dengan nyontek pasti akan ketahuan guru dan memiliki masa depan sebagai penjahat apabila kita melakukan kecurangan.
9. Jadilah seorang pemimpin. Latihlah rasa tanggung jawabmu.
Apabila guru meminta bantuanmu untuk mengerjakan sesuatu misalnya membersihkan kelas, jangan ragu untuk menerimanya. Ajak beberapa teman kelas dan pimpin mereka untuk membersihkan kelas bersama-sama.
10. Mendengarkan penjelasan guru dengan baik.
Jawablah setiap pertanyaan yang diajukan oleh guru apabila kamu mengetahui jawabannya. Jangan menunggu guru untuk memanggil kamu untuk menjawab pertanyaan.
11. Jangan malu untuk bertanya.
Selalu ajukan pertanyaan kepada guru apabila tidak mengerti tentang sesuatu hal.
12. Kerjakan PR
Kerjakan PR dengan baik, jangan selalu mencari alasan untuk tidak mengerjakannya. Jangan malas mengerjakan PR dengan alasan lupa atau menunda-nunda mengerjakannya. Enak kan kalau kita cepat mengerjakan PR, jadi masih punya banyak waktu untuk bermain dan nonton TV deh!
13. Selalu Mengulang Pelajaran yang Sudah diajarkan
Setiap pulang dari sekolah, selalu mengulang pelajaran yang tadi diajarkan. Nanti sewaktu ada ulangan jadi tidak banyak yang harus dipelajari! Asyik!
14. Cukup istirahat, makan dan bermain.
Semuanya dilakukan secara berimbang. Setelah pulang sekolah, kita sering ingin cepat-cepat bermain dan melupakan segala hal penting lainnya, contohnya makan dan istirahat. Padahal setelah seharian di sekolah, tak terasa badan kita membutuhkan masukan energi tambahan yang bisa didapatkan dari istirahat dan makanan yang kita makan. Oleh karenanya kita harus dapat membagi waktu untuk makan, istirahat dan bermain. Kalau semuanya dilakukan dengan baik, badan jadi segar setiap hari! Jadi tidak sering mengantuk di kelas!
15. Banyak berlatih pelajaran yang kurang disukai.
Apabila kamu tidak menyenangi suatu mata pelajaran, contohnya matematika, maka banyak-banyaklah berlatih, mengikuti kursus atau belajar berkelompok dengan teman. Sehabis belajar bisa bermain dan menambah teman baru di tempat kursus. Selain itu, siapa tahu dari kurang menyukai matematika, kalian malahan menyukainya.
16. Ikutilah kegiatan ektrakurikuler yang kamu senangi.
Cari tahu kegiatan apa yang cocok dan kamu suka. Contohnya apabila kalian suka pelajaran tae kwon do, cobalah untuk mengikuti kursus dari kegiatan tersebut, sehingga selain belajar pelajaran-pelajaran yang diajarkan di sekolah, kalian juga dapat mendapatkan pelajaran tambahan di luar sekolah.
17. Cari seorang pembimbing yang baik.
Orangtua adalah pembimbing yang terbaik selain guru. Apabila ada yang kurang jelas dari keterangan guru di sekolah, kalian dapat menanyakan hal tersebut kepada orang tua. Selain itu, kalian juga dapat belajar dari teman yang berprestasi.
18. Jangan suka mencontek teman.
Kalau mencontek, kamu bisa bodoh karena tidak berpikir sendiri. Lagipula belum tentu, teman yang kamu contek itu menjawab pertanyaan dengan benar. Belum lagi kalau ketahuan guru dan teman lain, malu kan? Kalau kamu rajin belajar, pasti bisa menjawab semua pertanyaan dengan benar sehingga ulangan dapat nilai baik.
19. Niat dengan sungguh-sungguh
Kalau belajar tidak sungguh-sungguh ataupun tidak niat, yang ada malah pikiran kita melayang kemana-mana. Entah itu tentang makanan, games, lawan jenis, dll. Oleh sebab itu, belajar yang baik dimulai dengan niat yang sungguh-sungguh.
20. Lokasi dan situasi yang kondusif.
Jikalau kita belajar, tidak mungkin kalau kita lakukan di tengah jalan raya? Ataupun ketika kita sedang makan. Cara yang paling efektif untuk belajar adalah mencari tempat yang nyaman dan tidak terlalu banyak gangguan agar kita bisa lebih konsentrasi.
21. Hindari Sikap Tidak Jujur
Sekarang ini banyak siswa membuat catatan untuk mencontek saat ada ulangan atau ujian. Dengan belajar dengan jadwal yang teratur seorang murid akan selalu siap jika ada ulangan dadakan dan tidak perlu mencontek.
22. Metode Imitasi
Proses belajar bisa berjalan dengan sempurna melalui metode imitasi atau meniru. Metode ini di realisasikan ketika seorang meniru orang lain atau gurunya, metode ini sering di gunakan anak kecil untuk melafal kata bahasa dari orang tuanya, Begitu juga jika ia meniru berbagai perilaku,etika dan tradisi
23. Trial And Error
Manusia juga belajar dari eksperimen pribadi.dia akan berusaha secara mandiri untuk memecahkan masalah yang di hadapi.terkadang beberapa kali dia melakukan kesalahan dalam memecahkan masalah, namun dia juga beberapa kali mencoba untuk melakuakan kembali. Sampai pada akhirnya dia mampu untuk menyelesaikan permasalahan dengan benar.
24. Conditioning
Manusia bisa belajar dengan pengkondisian. Seseorang di katakan belajar dengan pengkondisian jika ada stimulun dari indrawi yang merangsangnya. Ketika itulah seseorang menanggapi stimulus tersebut. Tanggapan yang ia berikan ialah suatu respon yang juga di barengkan dengan stimulus netral. Kemudian respon menyertai stimulus netral itu akan di ulang beberapa kali. Setelah di lakukan pengulangan beberapa kali, kita akan menjumpai bahwa stimulus netrsl bisa memberikan respon dengan sendirinya sekalipun stimulus indrawi sudah tidak ada lagi.contoh klasi yang dilakukan psikolog Rusia Ivan pavlov dalam experimennya yang cukup masyur. Dia membunyikan lonceng(stimulus netral) pada waktu dia meletakkan sedikit makanan di mulut anjing(indrawi).biasanya, jika makanan itu di letakkan di deapn mulut anjing maka anjing tersebut akan meneteskan air liur(respon).dengan demikian air liur berbarengan dengan bunyi lonceng. Ketika hal ini di ualnga beberapa kali,maka peneliti mencoba untuk membunyikan lonceng tanpa meletakkan makanan pada mulut anjing tersebut. Maka hasilnya anjing tersebut tetap meneteskan air liur ketika ia mendengar suara lonceng, sebuah respon baru yang belum pernah di alami oleh anjing. Sekarang anjing tersebut merespon bunyi lonceng dengan meneteskan air liurnya.padahal sebelum di lakukan eksperimen anjing tersebut tidak meneteskan air liur kalau hanya mendengar bunyi lonceng.
25. Metode Berpikir
Proses belajar juga bisa berjalan sempurna dengan melalui metode berpikir, dengan metode ini seseorang sering kali mampu menyelesaikan masalah hidupnya, dia akan memilki kesamaan dan apa saja yang tidak memiliki kemiripan. Dengan demikian dia akan bisa menarik kesimpulan, dengan pilihan tersebut. Maka pada kuncinya berilah anak-anak kita pertanyaan yang menurut dia mudah, dengan demikian anak tersebut akan selalu belajar dan berpikir.
26. Mulailah dari yang “kecil”
Mulailah belajar dari topik yang paling anda kuasai / gampang. Setelah itu barulah dilanjutkan dengan topik yang lebih “menantang”. Hal ini dimaksudkan agar kita tidak langsung down dan putus asa jika mengerjakan soal-soal sulit terlebih dahulu.
27. Sering-seringlah “practice”
Latihan dan latihan itulah kunci untuk mahir dalam suatu mata pelajaran. Semakin banyak anda mengerjakan dan memahami soal semakin terbiasa pula anda dalam mengerjakannya.
28. Fokus
Ketika belajar, kita dituntut untuk serius. Jangan setengah hati. Karena pikiran kita tidak dapat melakukan / memikirkan beberapa kegiatan / hal dalam satu waktu.
29. Mohon bimbingan-NYA
Jangan lupa banyak-banyak berdoa. Karena selain dari nilai religi-nya, hal tersebut dapat membuat kita lebih fokus ketika belajar dan dapat membuat pikiran kita lebih tenang.
30. Menggunakan Media dan Sumber-Sumber Yang Relevan
Jika kita hanya menggunakan 1 buku sebagai bahan patokan untuk belajar. Apapun hasil yang kita dapat belum tentu maksimal. Untuk itulah, cobalah untuk mencari-cari hal yang terkait kita pelajari dengan menggunakan Sumber dan Media yang sudah ada. Kita bisa mencarinya denagn menggunakan Internet, Koran, Buku lain, Majalah, dan lain-lain. Tentu kita juga tidak mau ilmu yang kita dapat hanya segitu saja karena hanya mempunyai 1 buku atau sumber yang tidak lengkap. Untuk itulah, Sumber dan Media hanyalah sebagai pelengkap dalam belajar yang baik dan benar.

BELAJAR HARUS RAJIN TAPI JANGAN BERLEBIHAN. DAN JANGAN LUPA BERDOA SEBELUM BELAJAR

Meningkatkan Taraf Pendidikan Kita

T: Guru yang terkasih, saya seorang murid sekolah menengah atas. Setelah membaca buku-buku Anda, saya telah menemukan bahwa kita tidak dapat mempelajari metode pembebasan dari kehidupan dan kematian dari pelajaran sekolah. Jadi, apakah kita seharusnya menghilangkan pendidikan di sekolah?
G: Tidak, Anda jangan melakukannya. Jika saya tidak pernah belajar di sekolah sebelumnya, maka saya tidak akan dapat berbicara dengan lancar di sini hari ini. Menerima pendidikan benar-benar membantu. Hal ini hanya karena sistem pendidikan kita tidak menawarkan pelajaran dalam hal peningkatan rohani. Mereka mengajarkan hal-hal yang tidak begitu berguna dan mereka tidak memberikan pendidikan moral yang baik. Di banyak negara, pendidikan hanya menekankan pada gelar atau ijazah saja.
Anak-anak pergi ke sekolah hanya untuk memperoleh sebuah ijazah, jadi mereka belajar di bawah tekanan yang besar. Kadang-kadang, mereka bahkan harus belajar sepanjang malam. Mereka tinggal di sekolah sepanjang hari, dan hal ini membuat mereka memiliki waktu yang sedikit dengan orang tua mereka. Setelah mereka lulus, mereka hanya menggunakan sedikit dari pelajaran yang mereka dapat di sekolah. Jadi, anak-anak itu sangat menyedihkan. Bagaimanapun, dunia kita seperti itu. Saya tidak dapat mengubahnya.
India memiliki sistem pendidikan yang lebih baik. Pendidikannya lebih alami dan bebas, dan sekolah dapat memutuskan bagaimana mendidik anak-anaknya. Sebagai contoh, anggota dari sekte Quan Yin di India mendidik anak-anak mereka sendiri. Mereka memilih pelajaran yang berguna untuk anak-anak, seperti matematika, sains, musik, moral, kitab-kitab kuno, pengetahuan spiritual, kepatuhan anak-anak kepada orang tua, dan sebagainya. Sebagai tambahan pada pelajaran yang berguna ini, mereka juga mengajar anak-anak untuk meditasi dan menjadi vegetarian. Hasilnya, semua anak-anak ini mempunyai tingkah laku yang baik. Mereka akan menjadi keuntungan yang besar bagi negara mereka ketika mereka dewasa, dan mereka akan menjadi orang yang sangat bermoral dalam masyarakat. Bahkan di India sendiri, sekolah semacam ini juga sulit untuk ditemukan.

Membimbing Kawula Muda Melalui Spiritualitas
Disampaikan oleh Maha Guru Ching Hai
Panama, 27 Januari 1991
(Asal dalam bahasa Inggris)
Ketika kita tumbuh besar dan menjadi remaja, kita selalu memiliki berbagai macam tekanan: dari pekerjaan sekolah, dari kompetisi dengan teman sekelas, dari teman perempuan, teman laki-laki, dan juga dari anggota keluarga.
Dan kadang kita juga mendapat tekanan tambahan dari orang tua, atau dari saudara saudari kita jika mereka memiliki masalah. Bahkan jika mereka tidak mengatakan kepada kita atau jika mereka mengatakannya hanya sedikit, kita mungkin mengetahui kondisi keuangan keluarga atau kondisi perkawinan orang tua kita, dan seterusnya. Semua hal-hal ini kadang menambah tekanan dalam jiwa kita. Dan hal itu kadang membuat anak-anak merasa tidak dapat bernafas.
Jadi mereka mungkin mengkonsumsi pil-pil, obat-obatan, atau membunuh diri mereka sendiri. Atau mereka mungkin melarikan diri dari rumah, atau bergaul dengan teman-teman yang tidak baik hanya untuk melarikan diri dari tekanan. Itulah yang mereka pikirkan, untuk menggantikan kebahagiaan yang telah hilang atau apa yang tidak mereka dapatkan.
Kadang saya berpikir bahwa tekanan pada anak-anak lebih besar daripada orang dewasa. Karena ketika kita dewasa, kita lebih terlatih dan cukup kuat untuk dapat mengatasi masalah-masalah ini. Tetapi anak-anak sangat sensitif, tidak berdosa, dan tidak berdaya. Oleh karena itu, mereka tidak tahu ke mana harus berpaling. Dan mereka tidak tahu bagaimana mengekspresikan diri mereka sendiri. Mereka penuh dengan perasaan takut, malu, dan lainnya. Jadi saya tidak merasa bahwa menjadi seorang anak kecil atau anak muda adalah masa yang indah seperti yang orang gambarkan dalam novel-novel.
Itulah sebabnya ketika anak-anak melakukan suatu kesalahan, maka kesalahan itu sebenarnya bukanlah kesalahan mereka sepenuhnya. Kadang itu berasal dari tekanan dari masyarakat atau latar belakang keluarga. Ada banyak persoalan yang datang bersama-sama. Jadi beruntunglah bagi anak-anak yang memiliki orang tua atau keluarga yang baik serta dapat merasakan kebahagiaan serta kasih sayang dalam keluarga. Saya pribadi tidak begitu merasakannya ketika saya masih muda. Tetapi bagi anak-anak yang berlatih dengan orang tua mereka di jalan Kebenaran adalah lebih baik, lebih baik. Mereka memiliki kenyamanan dalam batin untuk bersandar. Dan itu akan memberi mereka banyak kekuatan serta kebijaksanaan yang mereka butuhkan untuk tumbuh dan bertahan dari tekanan-tekanan di dunia ini.
Kadang orang tua kita atau anggota keluarga kita sendiri tidak dapat memberi kepuasan atau kekuatan batin untuk melalui kehidupan. Karena ada banyak hal yang tidak dapat kita bicarakan dengan orang tua kita. Para orang tua memiliki masalah dan tekanan dalam diri mereka sendiri. Bahkan jika mereka ingin lebih mencintai anak-anaknya atau ingin berbagi tekanan yang dialami anak-anaknya, kadang mereka tidak dapat melakukannya karena keterbatasannya sebagai manusia.
Jadi saya berpikir bahwa semua anak-anak seharusnya datang belajar Metode Quan Yin dan bervegan. Dan jika mereka memiliki masalah, mereka dapat membicarakannya dengan saya. Hal itu lebih baik daripada pergi dan berbicara dengan teman-teman yang tidak baik! Saya dapat menjadi ayah, ibu, teman, kekasih, guru, atau apapun supaya mereka dapat bertahan pada masa mudanya. Lalu, ketika mereka dewasa, mereka dapat melakukan segala sesuatu untuk diri mereka sendiri.

MOTIVASI DALAM BELAJAR


Sebagai seorang guru, kita memiliki pelbagai tanggung jawab dan tugas yang harus dilaksanakan sesuai dengan tuntutan profesi guru.Tugas utama dan terpenting yang menjadi tanggung jawab seorang guru adalah memajukan, merangsang dan membimbing pelajar dalam proses belajar. Segala usaha kearah itu harus dirancang dan dilaksanakan. Guru yang berkesan dalam menjalankan tugasnya adalah guru yang berjaya menjadikan pelajarnya bermotivasi dalam pelajaran. Oleh itu untuk keberkesanan dalam pengajaran, guru harus berusaha memahami makna motivasi belajar itu sendiri dan mengembangkan serta menggerakkan motivasi pemberlajaran pelajar itu ke tahap yang maksimum.

Guru dapat memahami motivasi belajar jika sewaktu mengajar dia dapat melaksanakan langkah-langkah seperti berikut:

1. Mengenal pasti tingkat kecerdasan para pelajar.
2. Melaksanakan teknik memotivasi pelajar.
3. Merumuskan tujuan belajar dan mengaitkan tujuan itu dengan keperluan dan minat pelajar.
4. Menerapkan kemahiran bertanya kepada pelajar.
5. Melaksanakan aktiviti pengajaran dengan urutan yang sistematik.
6. Melaksanakan penilaian diagnostik.
7. Melaksanakan komunikasi interpersonal.

Memotivasi pelajar merupakan salah satu langkah awal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pengajaran dan pembelajaran. Jika guru telah berjaya membangun motivasi pelajar semasa pengajaran dan pembelajaran bermakna guru itu telah berjaya mengajar. Namun pekerjaan ini tidaklah mudah. Memotivasi pelajar tidak hanya menggerakkan pelajar agar aktif dalam pelajaran, tetapi juga mengarahkan dan menjadikan pelajar terdorong untuk belajar secara terus menerus, walaupun dia berada di luar kelas ataupun setelah meninggalkan sekolah.

Untuk meyakinkan diri kita bahawa memotivasi pelajar dalam belajar merupakan tugas guru dan berkewajiban pula melaksanakannya, maka pendekatan Behavioristik perlu kita jadikan pedoman dalam mengajar. Para pakar Behavioristik mengemukakan bahawa motivasi ditentukan oleh persekitaran. Guru merupakan persekitaran yang sangat berperanan di dalam proses belajar. Oleh kerana itu, meningkatkan motivasi pelajar dalam pelajaran merupakan tugas yang sangat penting bagi guru.

Mengapa usaha memotivasi pelajar itu sangat penting bagi guru? Sesetengah guru mungkin beranggapan bahawa tugas mereka sebagai guru hanyalah mengajar sahaja, bukan menimbulkan minat pelajar terhadap apa yang mereka ajarkan. Guru-guru seperti ini menghabiskan masa mereka di dalam kelas semata-mata hanya untuk menuangkan bahan pelajaran kepada pelajar. Mereka tidak peduli sama ada isi pelajaran yang mereka ajarkan atau yang mereka terangkan itu dapat diterima oleh pelajar untuk dijadikan sebagai miliknya atau tidak. Mereka tidak memperhatikan apakah bahan yang mereka ajarkan itu bermanfaat dan mempengaruhi tingkah laku atau perkembangan pelajar ke arah yang positif. Guru-guru seperti ini tidak menyedari bahawa pelajar-pelajar yang tidak berminat tidak akan dapat menerima pelajaran dengan baik.

Pelajar yang tidak berminat terhadap apa yang diajarkan oleh guru tetapi dia diharuskan mempelajarinya, dapat menimbulkan suatu perasaan benci terhadap mata pelajaran itu, bahkan untuk selanjutnya pelajar itu tidak akan ingin pernah mempelajarinya. Di dalam kelas yang kita ajar mungkin kita akan mendengar pelajar berkata, "Saya tidak mampu belajar Bahasa Inggeris" atau "Saya tidak dapat belajar matematik." Jika kita teliti permasalahannya, bukan kerana kedua-dua mata pelajaran tersebut sukar atau tidak menyenangkan, tetapi kerana guru kedua-dua mata pelajaran itu tidak menggunakan strategi yang berkesan, sehingga pelajar tidak tertarik untuk mempelajarinya. Pelajar tidak bermotivasi, malahan merasakan mata pelajaran tersebut menjadi menyiksa mereka.

Guru seharusnya menggunakan masa yang banyak sewaktu mengajar untuk memotivasi pelajar-pelajarnya. Pelajar yang termotivasi dengan baik dalam pelajaran akan melakukan lebih banyak aktiviti dan lebih cepat belajar jika dibandingkan dengan pelajar yang kurang atau tidak termotivasi semasa belajar. Ini memandangkan, jika guru dapat membangunkan motivasi pelajar terhadap pelajaran yang diajar maka diharapkan pelajar akan sentiasa meminati mata pelajaran tersebut.

Sesungguhnya usaha memotivasi pelajar dalam pendidikan adalah merupakan suatu proses (1) membimbing pelajar untuk memasuki pelbagai pengalaman yakni proses belajar sedang berlangsung; (2) proses menimbulkan semangat dan keaktifan pada diri pelajar sehingga dia benar-benar bersedia untuk belajar; dan (3) proses yang menyebabkan perhatian pelajar tertumpu kepada satu arah atau tujuan pada satu masa, iaitu tujuan belajar.

Situasi kelas yang pelajar-pelajarnya termotivasi dapat mempengaruhi sikap belajar dan tingkah laku pelajar. Pelajar yang termotivasi untuk belajar akan sangat tertarik dengan berbagai tugas belajar yang sedang mereka kerjakan; menunjukkan ketekunan yang tinggi; variasi aktiviti belajar mereka pun akan lebih banyak. Di samping keterlibatan mereka dalam belajar lebih besar, mereka juga kurang menyukai tingkah laku yang negatif yang dapat menimbulkan masalah disiplin.

Oleh kerana itu, dalam upaya menjaga dan meningkatkan disiplin kelas maka motivasi pelajar mesti dipertimbangkan. Ini bermakna meningkatkan motivasi pelajar dalam belajar merupakan suatu cara yang baik dalam menghindari tingkah laku pelajar yang negatif, kerana mereka terlibat aktif dalam belajar dan terangsang untuk belajar.

Sebenarnya tujuan jangka panjang dalam membangun dan mengembangkan motivasi pelajar dalam belajar adalah terbentuknya motivasi kendiri. Kita sebagai guru ingin agar pelajar selalu terdorong untuk mengembangkan minatnya untuk belajar walau di mana pun dia berada. Kita berharap agar pelajar-pelajar kita sentiasa ingin menimba pelbagai ilmu pengetahuan walaupun mereka telah lepas dari bimbingan kita. Tujuan pendidikan yang paling utama adalah untuk membangkitkan dalam diri pelajar suatu motivasi yang kuat dan terus menerus untuk belajar. Hal ini akan menjadi suatu kecenderungan dan kebiasaan dalam melakukan proses belajar selanjutnya.

Yang menjadi persoalan sekarang ialah bagaimana caranya kita semasa melakukan pelbagai usaha untuk membangun dan mengembangkan motivasi pelajar semasa belajar? Para pakar Humanistik, misalnya Carl Rogers, seorang pakar psikologi mengemukakan bahawa pada dasarnya di dalam diri setiap manusia ada keinginan yang sangat kuat untuk belajar yang bersifat semulajadi. Jadi, di dalam diri pelajar keinginan itu sudah ada. Guru hanya mengembangkan atau memupuk keinginan itu sehingga keinginan belajar itu dapat direalisasikan dalam bentuk prestasi yang maksimum. Para pakar Behavioristk pula, misalnya B.F. Skinner, seorang pakar pendidikan mengemukakan bahawa motivasi pelajar sangat ditentukan oleh persekitarannya. Pelajar akan termotivasi semasa belajar jika persekitaran belajar dapat memberikan rangsangan sehingga pelajar tertarik untuk belajar. Guru harus mengatur persekitaran atau suasana belajar secara bijaksana sehingga pelajar termotivasi untuk belajar.

Dalam proses mengajar dan belajar, guru dituntut memiliki pelbagai pengetahuan dan pemahaman yang bermanfaat untuk menimbulkan dan meningkatkan motivasi pelajarnya semasa belajar, sehingga proses belajar yang dibimbingnya berjaya secara optimal. Oleh kerana itu, guru perlu memahami dan menghayati serta menerapkan pelbagai prinsip dan teknik-teknik untuk membangkitkan dan meningkatkan motivasi pelajar dalam pembelajaran. Memang banyak sekali prinsip dan teknik yang berbeza-beza yang perlu diketahui oleh guru, kerana di dalam usaha memotivasi pelajar sesungguhnya tidak hanya satu prinsip dan teknik yang paling mujarab dipakai untuk semua pelajar, sepanjang masa, dan untuk semua situasi. Berbeza mata pelajaran, berbeza keperibadian pelajar, dan berbeza keperibadian guru menuntut perbezaan prinsip dan teknik yang dipakai dalam memotivasi pelajar. Oleh kerana itu, perbezaan mata pelajaran, keperibadian pelajar dan keperibadian guru harus dipertimbangkan dalam memilih prinsip-prinsip dan teknik-teknik yang akan dipakai dalam memotivasi pelajar.

Di dalam kelas yang pelajar-pelajarnya terdiri dari kelompok yang memiliki kemampuan yang sama namun berbeza keperibadian dan minat, variasi prinsip-prinsip dan teknik-teknik yang dipakai akan lebih banyak. Di dalam kelas mungkin kita akan menemui beberapa orang pelajar yang mampu memotivasi dirinya sendiri. Pelajar-pelajar seperti ini tidak banyak memerlukan pertolongan dari guru untuk merangsang minat mereka dalam belajar, kerana mereka mampu mendorong diri mereka sendiri. Kebanyakan pelajar akan mempunyai motivasi belajar jika kita menggunakan berbagai teknik untuk memotivasi mereka, namun ada pula sejumlah pelajar yang baru akan termotivasi jika kita melakukan usaha-usaha khusus bagi mereka. Oleh kerana itu kita sebagai guru hendaklah fleksibel dalam memakai berbagai pendekatan dalam merangsang minat pelajar dalam belajar, serta mampu menerapkan berbagai prinsip dan teknik yang berbeza sesuai dengan keperluan masing-masing pelajar .



Motivasi merupakan jantung-nya proses belajar. Oleh kerana motivasi begitu penting dalam proses pembelajaran, maka tugas guru yang pertama dan terpenting adalah membangkitkan atau membangun motivasi pelajar terhadap apa yang akan dipelajari oleh pelajar. Motivasi bukan sahaja menggerakkan tingkah laku, tetapi juga mengarahkan dan memperkuat tingkah laku. Pelajar yang bermotivasi dalam pembelajaran akan menunjukkan minat, semangat dan ketekunan yang tinggi dalam pelajaran, tanpa banyak bergantung kepada guru.

Menurut para pakar motivasi terdapat dua jenis motivasi yang umum, iaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan oleh faktor pendorong yang murni berasal dari dalam diri individu, dan tujuan tindakan itu terlibat di dalam tindakan itu sendiri, bukan di luar tindakan tersebut. Berbeza dengan motivasi ekstrinsik, iaitu keinginan bertingkah laku sebagai akibat dari adanya rangsangan dari luar atau kerana adanya kekuasaan dari luar. Tujuan bertingkah laku pun tidak terlibat dalam tingkah laku itu sendiri, tetapi berada di luar tindakan tersebut.

Di dalam proses belajar, motivasi intrinsik lebih berkesan mendorong pelajar dalam belajar. Namun bukan bermakna bahawa motivasi ekstrinsik perlu dihindari sama sekali. Motivasi ekstrinsik dapat memancing timbulnya motivasi intrinsik. Banyak pelajar yang termotivasi secara ekstrinsik dapat berjaya dengan baik dalam belajar, seperti halnya dengan pelajar-pelajar yang termotivasi secara intrinsik, asalkan guru dapat membantu mereka dengan cara yang tepat sesuai dengan keperluan mereka. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam membangkitkan motivasi pelajar dalam belajar melalui pengembangan motivasi ekstrinsik, seperti memberikan penghargaan atau celaan, membangun persaingan, memberikan hadiah atau hukuman, dan memberi tahu kemajuan yang dicapai oleh pelajar. Masing-masing cara mempunyai kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahannya sendiri. Guru harus menentukan cara yang paling tepat sehingga berbagai kelemahan dapat dikurangi atau dihindarkan sama sekali, dan sebaliknya kekuatan-kekuatan yang ada dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya.


3. TEORI-TEORI TENTANG MOTIVASI

Menurut teori Keperluan, manusia termotivasi untuk bertingkah laku adalah kerana ingin memenuhi bermacam-macam keperluan seperti berikut:

1. Keperluan fizikal, iaitu meliputi keperluan makan, minum, seks atau kenikmatan dan keselamatan fizikal lainnya. Oleh kerana itu sekolah hendaknya menyediakan persekitaran yang menimbulkan kenikmatan, keamanan secara fizikal bagi para pelajar, sehingga mereka merasa senang dan nyaman dalam belajar.
2. Keperluan emosional, iaitu meliputi keperluan untuk mencapai prestasi dan harga diri. Ini dijadikan dorongan yang memotivasi dalam belajar dengan cara melibatkan pelajar dalam menentukan tujuan dan aktiviti untuk mencapai tujuan belajar. Aktiviti belajar hendaklah benar-benar bermanfaat bagi pelajar. Tugas-tugas belajar hendaklah cukup mencabar pelajar untuk berusaha secara maksimum, tidak terlalu mudah dan tidak pula terlalu sukar. Urutan-urutan aktiviti belajar hendaklah diatur sedemikian rupa sehingga pelajar benar-benar dapat berhasil dalam belajar, sekalipun dia adalah pelajar yang lembab. Dalam hal ini guru memperlakukan pelajar dengan penuh manusiawi dan menhormati serta menghargai mereka.
3. Keperluan kognitif, iaitu meliputi keperluan untuk berhasil menciptakan atau memecahkan suatu suasana konflik atau hal-hal yang saling bertentangan dan keperluan untuk mendapatkan rangsangan. Untuk itu guru perlu memberi tahu pelajar tentang tujuan pelajaran sehingga mereka mengetahui keberhasilan yang bagaimana yang diharapkan untuk mereka capai. Berbagai macam cara penyajian dapat dilaksanakan, seperti melalui teka-teki, pertanyaan yang mengundang perdebatan atau berbagai pendapat untuk menjawabnya, memunculkan pandangan-pandangan yang berlawanan atau berbeza atau aneh sehingga pelajar-pelajar terangsang untuk berfikir dan membahasnya. Menyediakan rangsangan dengan memberikan maklumat baru dan berkualiti melalui ceramah, demonstrasi dan perbincangan.

Abraham Maslow, seorang pakar motivasi terkenal dan pencipta teori keperluan mengemukakan suatu hubungan hirarki di antara pelbagai keperluan. Menurutnya jika keperluan pertama terpuaskan atau terpenuhi, maka keperluan kedua dirasakan oleh individu sangat penting untuk dipuaskan. Demikian seterusnya sampai keperluan yang paling tinggi, iaitu keperluan aktualisasi diri.

Para pakar Humanistik menitik-beratkan pentingnya motivasi dari dalam diri sendiri (self-motivation). Mereka menganjurkan agar guru-guru mendorong berkembangnya rasa ingin tahu dan minat semulajadi pelajar dalam belajar. Para pakar Behavioristik pula menekankan pentingnya persekitaran dalam menciptakan kondisi yang memotivasi pelajar. Mereka menganjurkan agar guru mengaitkan belajar dengan rangsangan yang menimbulkan perasaan senang dan membentuk tingkah laku pelajar melalui pemberian hadiah atau berbagai penguatan lainnya.


4. MOTIVASI DI DALAM KELAS

Dengan memahami teori-teori yang termasyhur tentang motivasi, maka guru dapat mengembangkan lapan (8) jenis motivasi di dalam kelas, iaitu: (1) motivasi tugas; (2) motivasi aspirasi; (3) motivasi persaingan; (4) motivasi afiliasi; (5) motivasi kecemasan; (6) motivasi menghindar; (7) motivasi penguatan; dan (8) motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri.

Motivasi tugas adalah motivasi yang ditimbulkan oleh tugas-tugas yang ditetapkan sama ada oleh guru, murid sendiri, mahupun yang dirancangkan oleh guru dan murid secara bersama-sama. Pelajar yang memiliki motivasi tugas memperlihatkan keterlibatan dan ketekunan yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar. Motivasi tugas hendaklah dibangun di dalam diri pelajar dan ini dapat dilakukan oleh guru kalau dia mengetahui cara-caranya.
Motivasi aspirasi yang tinggi tumbuh dengan subur kalau pelajar memiliki perasaan sukses. Perasaan gagal dapat menghancurkan aspirasi pelajar dalam belajar. Oleh kerana itu guru jangan menjadikan pelajar selalu gagal, walaupun ini bukan bermakna guru harus menjadikan pelajar sukses terus menerus. Suatu konsep yang harus ditanam oleh guru kepada pelajar agar ia memiliki aspirasi yang tinggi adalah bahawa kesuksesan atau kegagalan ditentukan oleh 'usaha', bukan oleh kemampuan atau kecerdasan.

Persaingan yang sihat dapat menjadi motivasi yang kuat dalam belajar. Namun memupuk rasa persaingan yang berlebih-lebihan, di kalangan pelajar dalam belajar dapat menimbulkan persaingan yang tidak sihat, kerana pelajar bukan menjadi giat belajar, tetapi dengan berbagai cara berusaha mengalahkan pelajar lain untuk mendapatkan status. Membangun persaingan dengan diri sendiri pada setiap pelajar akan menimbulkan motivasi persaingan yang sihat dan berkesan dalam belajar.

Motivasi afiliasi adalah dorongan untuk melaksanakan kegiatan belajar dengan sebaik-baiknya, kerana ingin diterima dan diakui oleh orang lain. Pelajar-pelajar yang masih kecil berusaha meningkatkan usaha dan prestasi dalam belajar agar dia dapat diterima dan diakui oleh orang dewasa, iaitu guru dan ibu bapanya. Namun para remaja lebih terdorong belajar untuk mendapatkan penerimaan dan perakuan dari rakan sebaya. Oleh kerana itu, guru-guru yang mengajar pelajar-pelajar yang masih kecil hendaknya memberikan perhatian dan penghargaan yang penuh terhadap peningkatan usaha dan hasil belajar yang ditampilkan oleh pelajar. Bagi pelajar remaja, guru hendaknya dapat memanfaatkan kelompok untuk meningkatkan usaha dan prestasi belajar ahli kelompok.

Kecemasan dapat mendorong usaha dan hasil belajar. Tetapi kecemasan yang berlebihan dapat menurunkan keghairahan dan hasil belajar. Pelajar yang telah memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar jika mengalami kecemasan dapat menurunkan motivasinya itu. Demikian juga dengan pelajar-pelajar yang memiliki kecerdasan (IQ) rendah kalau mengalami kecemasan menyebabkan usaha dan hasil belajar mereka menjadi bertambah merosot. Tetapi kecemasan sangat berkesan untuk meningkatkan usaha dan hasil belajar pelajar yang bermotivasi rendah dan yang memiliki kecerdasan tinggi.

Motivasi penguatan dapat ditimbulkan melalui diagram kemajuan belajar murid, memberikan komentar pada setiap kertas tugas, ujian dan peperiksaan pelajar dan memberikan penghargaan. Guru hendaklah menjauhi pemahaman bahawa pemberian angka sebagai sumber utama untuk menimbulkan motivasi penguatan, kerana menitik-beratkan pemberian angka dalam memotivasi pelajar dapat menimbulkan persaingan yang tidak sihat dan akan menimbulkan kecemasan di dalam kelas.

Motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri sangat berkesan dalam meningkatkan motivasi pelajar dalam belajar. Pelajar-pelajar ini menunjukkan tingkah laku yang mandiri dalam belajar dan mempunyai sistem nilai yang baik yang melatar-belakangi tingkah laku mereka itu. Pembentukan sistem nilai-nilai yang menjadi tanggung jawab guru pada setiap pelajar, sehingga pelajar-pelajar memiliki motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri adalah sangat penting. Bagi pelajar-pelajar yang telah memiliki motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri, guru hanya perlu memberikan pelayanan yang sesuai dengan tuntutan aktiviti belajar mereka.


5. MOTIVASI DAN ASPEK-ASPEK PENGAJARAN

Aspek-aspek yang terlibat dalam pengajaran yang meliputi sikap guru, kaedah pengajaran, bahan pelajaran, media pengajaran dan penilaian hasil pengajaran sangat mempengaruhi minat dan keghairahan pelajar dalam belajar.

Sikap atau tingkah laku guru dijadikan model oleh pelajar-pelajarnya. Pelajar-pelajar meniru sikap atau tingkah laku guru, sama ada yang pantas mahupun yang buruk. Gaya guru dalam memimpin kelas juga mempengaruhi suasana kelas dan kegiatan pelajar dalam belajar. Guru yang memberi semangat kepada pelajar dengan menekankan bahawa semua pelajar dapat berhasil dalam belajar, asal berusaha keras, rajin, tekun dan tidak mengenal putus asa, akan menimbulkan semangat pelajar untuk belajar. Mereka tidak takut untuk salah dalam belajar, kerana mereka yakin jika salah, mereka boleh berusaha lagi untuk memperoleh yang benar. Guru seperti ini mengembangkan standard (tingkat kualiti) kesuksesan yang disebut "Multidimensional Classroom". Berbeza dengan gaya guru yang mengembangkan standar kesuksesan "Unidimensional Classroom", yang menekankan bahawa kesuksesan hanya dapat diraih oleh pelajar yang mempunyai potensi inteligensi tinggi atau pelajar yang cerdas. Pelajar-pelajar yang dianggap guru kurang berpotensi inteligensi tinggi atau kurang cerdas, tidak bersemangat untuk belajar dan merasa diri mereka tidak mampu untuk menyelesaikan tugas-tugas belajar. Gaya guru dalam memimpin kelas seperti ini buruk pengaruhnya terhadap suasana kelas dan motivasi pelajar.

Tingkah laku pelajar dalam belajar dapat pula mempengaruhi keberkesanan pengajaran. Kalau tingkah laku pelajar positif maka guru-guru cenderung menampilkan pengajaran yang berkesan, dan jika tingkah laku pelajar negatif maka guru-guru cenderung untuk menampilkan pengajaran yang kurang berkesan. Ada di antara guru-guru yang memberikan pelayanan yang tidak sama terhadap pelajar-pelajar yang berbeza status sosial-ekonomi, berbeza jenis kelamin, berbeza kebudayaan dan berbeza prestasi belajarnya. Tentu sahaja cara ini tidak sesuai dengan idea pendidikan yang sebenarnya.

Kaedah mengajar yang dapat mengghairahkan dan meraih minat pelajar untuk belajar adalah memungkinkan pelajar terlibat secara aktif dalam belajar. Berbagai model mengajar yang dikembangkan oleh Bruce Joyce dan Marsha, memungkinkan keterlibatan pelajar yang maksimum dalam belajar. Model-model kaedah mengajar ini menuntut keaktifan pelajar sesuai dengan taraf perkembangan masing-masing pelajar. Pada taraf perkembangan pelajar yang tertinggi diharapkan pelajar-pelajar dapat belajar mandiri; melakukan kegiatan belajar tanpa tergantung banyak terhadap guru.

Bahan pengajaran sangat penting peranannya dalam meningkatkan motivasi pelajar dalam proses pembelajaran. Guru harus mengenal faktor-faktor yang harus dikembangkan dalam memilih bahan pelajaran. Di samping itu guru juga harus mahir dalam mengelola bahan pengajaran sehingga menarik dan memudahkan pelajar untuk memahami bahan pengajaran tersebut.

Media pengajaran dapat berfungsi untuk mendorong murid belajar dengan minat dan keghairahan yang tinggi apabila media pengajaran itu dipilih dengan mempertimbangkan ciri-ciri pelajar, tujuan pengajaran, jenis bahan pengajaran itu sendiri dan bentuk penilaian pengajaran yang akan dilaksanakan. Untuk memilih media pengajaran yang baik maka guru perlu mengetahui langkah-langkah yang harus ditempuhnya.

Aspek pengajaran lainnya yang dapat mempengaruhi motivasi pelajar dalam belajar adalah pelaksanaan penilaian pengajaran. Penilaian pengajaran yang dapat meningkatkan aktiviti murid dalam belajar, adalah penilaian yang dapat memberitahu pelajar tentang kelemahan dan kekuatannya dalam belajar dan penilaian itu dirasakan oleh pelajar sebagai penggambaran yang benar tentang taraf penguasaannya dalam belajar. Penilaian hendaknya diikuti dengan tindak lanjut dari guru, iaitu membantu pelajar untuk meningkatkan taraf penguasaan belajar yang sempurna, sehingga pelajar dapat berprestasi lebih tinggi.


6. MOTIVASI DAN PERSEKITARAN

Persekitaran sekolah mahupun persekitaran rumah penting peranannya dalam meningkatkan motivasi pelajar dalam belajar. Guru mahupun ibu bapa hendaknya dapat menciptakan persekitaran sekolah dan persekitaran rumah yang memungkinkan keghairahan dan minat murid belajar menjadi meningkat. Persekitaran fizikal sekolah, sama ada yang menyangkut pengaturan ruangan kelas mahupun pengaturan jumlah pelajar dalam satu kelas, hendaknya mempertimbangkan persyaratan fizikal mahupun psikologikal yang menunjang keberkesanan pelajar dalam belajar.

Situasi sosial dalam kelas hendaknya dapat menjamin perasaan aman dan tingginya kerjasama dikalangan pelajar dalam mencapai tujuan akademik.

Ibu bapa dapat menciptakan situasi fizikal mahupun psikologikal yang menyokong minat dan keghairahan anaknya dalam belajar. Penyediaan kesempatan yang diperlukan anak dalam belajar di rumah mahupun di luar sangat menunjang kesuksesan anak dalam belajar. Membina hubungan akrab dengan anak dan memberikan perhatian yang tinggi penting dan patut dilakukan oleh ibu bapa, kalau mahu anaknya berjaya dalam belajar.


7. TEKNIK-TEKNIK MEMOTIVASI MURID DALAM BELAJAR

Banyak teknik yang dapat dipergunakan guru untuk meningkatkan motivasi murid dalam belajar. Guru hendaknya selalu ingat betapa pentingnya memberikan alasan-alasan kepada pelajar mengapa mereka harus belajar dengan sungguh-sungguh dan berusaha untuk berprestasi sebaik-baiknya. Guru juga perlu menjelaskan kepada pelajar-pelajar apa yang diharapkan dari mereka selama dan sesudah proses belajar berlangsung. Lebih jauh, guru perlu mengusahakan agar pelajar-pelajar mengetahui tujuan jangka pendek dari pelajaran yang sedang diikutinya. Ingatlah bahawa ada cara-cara yang berkesan dan ada pula cara-cara yang tidak berkesan dalam memberikan penghargaan untuk meningkatkan kegiatan belajar, sikap terhadap belajar dan sikap terhadap diri sendiri murid, tetapi jangan lupa bahawa untuk pelajar-pelajar tertentu mungkin dapat merosak motivasi belajar mereka. Oleh kerana itu, anda sebagai guru harus berhati-hati dalam melaksanakan ujian dan memberikan angka atau markah kepada pelajar.

Cubalah guru melakukan sesuatu yang menimbulkan kekaguman kepada pelajar untuk merangsang perasaan ingin tahunya. Memang baik sekali untuk menimbulkan minat belajar, jika sekali-sekala guru memberikan aktiviti dengan memperkenalkan sesuatu yang baru bagi para pelajar. Berilah pelajar-pelajar kesempatan untuk mendapatkan penghargaan. Jadikan jangka masa belajar awal (permulaan) menjadi lebih mudah bagi pelajar dan usahakan agar semua pelajar mendapat kesempatan untuk merasa sukses. Tingkatkan motivasi pelajar dengan merangsang perasaan ingin tahu dengan cara memperkenalkan contoh-contoh yang khas dalam menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Doronglah pelajar untuk mempergunakan pengetahuan dan kemahiran serta pengalaman yang telah mereka pelajari dari bahan pelajaran sebelumnya untuk mempelajari bahan-bahan yang baru. Cubalah masukan unsur permainan dalam proses belajar untuk menarik minat dan memudahkan pemahaman pelajar terhadap bahan yang dipelajari. Doronglah pelajar anda untuk melaksanakan usaha-usaha penemuan atau berbagai percubaan (penyelidikan) untuk menemukan sesuatu yang belum pernah ada.

Guru haruslah berusaha untuk sedapat mungkin mengurangi persaingan di antara pelajar-pelajar dalam meningkatkan motivasi untuk mencapai prestasi akademik. Jauhilah perkara-perkara atau kejadian-kejadian yang dapat menimbulkan keengganan murid untuk belajar, sama ada yang merupakan ketidak-selesaan secara fizikal mahupun yang menyebabkan hilangnya harga diri pelajar. Jangan ada keinginan guru untuk menghukum pelajar dengan maksud agar pelajar akan belajar, tetapi sebaliknya berilah mereka penghargaan. Terakhir yang patut diperhatikan oleh guru dalam meningkatkan motivasi pelajar adalah bahawa guru hendaknya peka terhadap suasana atau iklim sosial sekolah dan benar-benar memahami bagaimana pengaruh iklim sosial itu terhadap nilai-nilai yang dipegang oleh para pelajar.

Guru hendaklah berhati-hati terhadap apa yang sedang berlangsung di dalam kelasnya dan mencuba merasakan apabila mengajar sesuatu topik dengan cara tertentu. Buatlah kumpulan pengalaman mengajar anda untuk dijadikan cermin dalam mengadakan perbaikan-perbaikan. Janganlah takut melakukan berbagai percubaan untuk menemukan cara yang terbaik dalam mengajar. Oleh kerana itu anda harus yakin akan pentingnya belajar melalui pengalaman. Jika suatu cara yang anda lakukan berjalan lancar, lakukan lagi; tetapi jika cara itu tidak atau sedikit sekali memotivasi murid dalam belajar, tinggalkan cara itu. Mengajar adalah suatu proses yang menuntut perbaikan secara cermat dan terus menerus.